Foto Revolusi Perancis
Golongan Rakyat Jelata
Golongan ketiga merupakan kelompok rakyat jelata yang terdiri dari kelas borjuis dan pekerja.
Sebelum revolusi, sekitar 26,5 juta orang, atau 90 persen populasi Perancis, masuk dalam golongan ini, yang menjadi sasaran eksploitasi dua golongan teratas.
Golongan rakyat jelata terbagi antara kelas menengah yang sedang naik daun atau dikenal sebagai kaum borjuis dan kelas pekerja yang miskin hingga pengangguran.
Pada 1789, terdapat sekitar 2 juta orang borjuis. Mereka inilah yang menguasai sebagian besar kekayaan nasional, meliputi bidang industri dan komersial, tanah dan sebagian besar saham pemerintah.
Kaum borjuis terkaya hidup dalam kemewahan, tidak jauh berbeda dengan gaya hidup para bangsawan.
Mereka inilah yang mendanai surat kabar, perguruan tinggi, perpustakaan umum, bahkan membeli jabatan agar bisa masuk dalam golongan bangsawan.
Ironinya, ketika kaum borjuis semakin kaya, kaum miskin semakin miskin. Sebanyak 80 persen penduduk Perancis terdiri dari petani dan sebagian besar tinggal di pedesaan.
Kemiskinan menggerogoti mereka yang menggantungkan hidup dari bercocok tanam dan pengangguran juga merajalela di kelompok ini.
Mereka sering kali merasa seperti "sapi perahan", karena beban yang sangat berat.
Penghasilan dan upah mereka stagnan, sedangkan harga-harga meningkat dan diperparah dengan beban pajak yang besar.
Revolusi Digital adalah perubahan dari teknologi mekanik dan elektronik analog ke teknologi digital yang telah terjadi sejak tahun 1980 dan berlanjut sampai hari ini. Revolusi itu pada awalnya mungkin dipicu oleh sebuah generasi remaja yang lahir pada tahun 80-an. Analog dengan revolusi pertanian, revolusi Industri, revolusi digital menandai awal era Informasi. [1]
Revolusi digital ini telah mengubah cara pandang seseorang dalam menjalani kehidupan yang sangat canggih saat ini. Sebuah teknologi yang membuat perubahan besar kepada seluruh dunia, dari mulai membantu mempermudah segala urusan sampai membuat masalah karena tidak bisa menggunakan fasilitas digital yang semakin canggih ini dengan baik dan benar. Berikut sejarah singkat mengenai Revolusi Digital dalam perkembangan teknologi dunia.
Teknologi yang mendasar ditemukan pada tahun 1980 ini dan menjadi ekonomis untuk diadopsi secara luas setelah penemuan Personal Computer. Teknologi revolusi digital dikonversi sebelumnya adalah analog ke dalam sebuah format digital. Dalam komunikasi digital misalnya perangkat keras mengulangi kemampuan mampu memperkuat sinyal digital dan menyebarkannya tanpa kehilangan informasi dalam sinyal. Hal yang sama pentingnya dengan revolusi adalah kemampuan untuk dengan mudah memindahkan informasi digital antara media, dan untuk mengakses atau mendistribusikannya jarak jauh.[2]
Komputer adalah sistem elektronik untuk memanipulasi data yang cepat dan tepat serta dirancang dan diorganisasikan supaya secara otomatis menerima dan menyimpan data input, memprosesnya, dan menghasilkan output dibawah pengawasan suatu langkah instruksi- instruksi program dan tersimpan di memori (storage program). Pengolahan data dengan menggunakan computer dikenal dengan nama Pengolahan data elektronik (PDE) atau Elektronik Data Processing (EDP). Pengolahan data adalah manipulasi dari data kedalam bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti berupa informasi dengan menggunakan suatu alat elektronik, yaitu computer. Komputer yang kita gunakan sekarang ini tidak serta merta muncul begitu saja melainkan melalui proses yang panjang dalam evolusinya. Hal ihwal munculnya komputer mungkin dapat dilihat dalam kilas balik sejarah sejak digunakannya Abacus–ditemukan di Babilonia (Irak) 5000 tahun yang lalu–sebagai alat perhitungan manual yang pertama, baik di lingkup sekolah maupun kalangan pedagang, saat itu. Pada periode selanjutnya telah banyak ditemukan alat-alat hitung mekanikal sejenis yaitu Pascaline yang ditemukan oleh Blaine Pascal pada tahun 1642, Arithometer oleh Charles Xavier Thomas de Colmar pada tahun 1820, Babbage’s Folly oleh Charles Babbage pada tahun 1822, dan Hollerith oleh Herman Hollerith pada tahun 1889. Kesemuanya masih berbentuk mesin sepenuhnya tanpa tenaga listrik. Ukuran dan kerumitan strukturnya berdasarkan atas tingkat pengoperasian perhitungan yang dilakukan. Barulah pada tahun 1940, era baru komputer elektrik dimulai sejak ditemukannya komputer elektrik yang menerapkan sistem aljabar Boolean.[3] Pada dekade 1980-an komputer menjadi mesin yang akrab bagi masyarakat umum di negara maju, dan jutaan orang membeli komputer untuk digunakan di rumah, termasuk 17 juta Commodore 64 s sendiri antara tahun 1982 dan 1994. [4]
Pada tahun 1992 World Wide Web dirilis ke [5] dengan 1996, Internet berada di kesadaran mainstream dan banyak bisnis website yang tercantum dalam iklan mereka. Pada tahun 1999, hampir setiap negara memiliki sambungan, dan lebih dari setengah Amerika menggunakan Internet secara teratur. Pada tahun 1989, 15% rumah tangga di Amerika Serikat komputer yang dimiliki, pada tahun 2000, ini adalah sampai dengan 51%.[6]
Sejarah Web bermula di European Laboratory for Particle Physics (lebih dikenal dengan nama CERN), di kota Geneva dekat perbatasan Prancis dan Swiss. CERN merupakan suatu organisasi yang didirikan oleh 18 negara di Eropa. Dibulan Maret 1989, Tim Berners Lee dan peneliti lainnya dari CERN mengusulkan suatu protokol sistem distribusi informasi di Internet yang memungkinkan para anggotanya yang tersebar di seluruh dunia saling membagi informasi dan bahkan untuk menampilkan informasi tersebut dalam bentuk grafik. Web Browser pertama dibuat dengan berbasiskan pada teks. Untuk menyatakan suatu link, dibuat sebarisan nomor yang mirip dengan suatu menu. Pemakai mengetikkan suatu nomor untuk melakukan navigasi di dalam Web. Kebanyakan software tersebut dibuat untuk komputer-komputer yang menggunakan Sistem Operasi UNIX, dan belum banyak yang bisa dilakukan oleh pemakai komputer saat itu yang telah menggunakan Windows. Tetapi semua ini berubah setelah munculnya browser Mosaic dari NCSA (National Center for Supercomputing Applications). Pada 1990, Berners-Lee, yang kali ini berusia 35 tahun, berpikir ulang dan menghidupkan kembali proyeknya. Kali ini ia bekerja dengan sebuah mesin yang sangat canggih, komputer NeXT buatan Steve Jobs (pendiri Apple). Kebetulan, komputer tersebut memiliki paduan perangkat keras dan perangkat lunak yang tepat untuk menampilkan informasi secara visual.[7] Selama beberapa bulan, Berners-Lee menulis ulang program komputernya dan berhasil menciptakan browser, sejenis perangkat penjelajah internet. Ia juga membuat beberapa halaman web yang bisa diakses. Ini adalah versi pertama dari World Wide Web, nama yang dicetuskan sendiri oleh Berners-Lee dan biasa disingkat WWW.
Ponsel menjadi pemandangan umum di negara-negara barat, dengan bioskop mulai menampilkan iklan memberitahu orang-orang untuk membungkam ponsel mereka. Martin Cooper merupakan penemu ponsel yang digunakan lebih dari separuh populasi dunia. Handset pertama dilahirkannya pada 1973 dengan bantuan tim Motorola dengan berat dua kilogram. Ketika dia menderita di jalanan New York dan membuat panggilan ponsel pertama dari prototipe ponselnya, dia tidak pernah membayangkan perangkat buatannya itu akan sukses suatu saat. Untuk memproduksi ponsel pertama, Motorola memerlukan biaya setara dengan US$1 juta. “Di 1983, ponsel portabel berharga US$4 ribu (Rp36 juta) setara dengan US$10 ribu (Rp90 juta). Cooper mengatakan bahwa timnya menghadapi tantangan bagaimana memasukkan semua bahan ke dalam sebuah ponsel untuk pertama kalinya. Namun akhirnya desainer industri telah melakukan pekerjaan super dan insinyur menyelesaikan dua kilogram perangkat ponsel pertama. “Bahan yang sangat penting untuk ponsel pertama adalah baterai dengan berat empat atau lima kali daripada ponsel yang ada saat ini. Waktu hidup baterai 20 menit.[8] Setelah merevolusi masyarakat di [dunia [dikembangkan]] pada 1990-an, revolusi digital menyebar ke massa di negara berkembang pada tahun 2000-an. Pada akhir tahun 2005 populasi Internet mencapai 1 miliar dan 3 miliar orang di seluruh dunia ponsel yang digunakan oleh akhir dekade ini. Saat ini, televisi transisi dari analog ke sinyal digital [9]
Situs jejaring sosial merupakan sebuah web berbasis pelayanan yang memungkinkan penggunanya untuk membuat profil, melihat list pengguna yang tersedia, serta mengundang atau menerima teman untuk bergabung dalam situs tersebut.[10] Hubungan antara perangkat mobile dan halaman web internet melalui "jaringan sosial" telah menjadi standar dalam komunikasi digital. Awal mula situs jejaring sosial ini muncul pada tahun 1997 dengan beberapa situs yang lahir berbasiskan kepercayaan setelah itu kejayaan situs jejaring sosial mulai diminati mulai dari tahun 2000-an serta 2004 muncul situs pertemanan bernama Friendster lanjut ke tahun-tahun berikutnya tahun 2005 dan seterusnya muncul situs-situs seperti MySpace, Facebook, Twitter dan lain-lain. Zaman semakin canggih karena teknologi yang selalu diperbaharui, segala sesuatu yang saat ini lebih mudah dilakukan. Selain dampak positif banyak dampak negatif yang ditimbulkan dari adanya jejaring sosial.
Semakin canggihnya teknologi digital masa kini membuat perubahan besar terhadap dunia. Lahirnya berbagai macam teknologi digital yang semakin maju telah banyak bermunculan dan mendorong pergeseran yang disebut sebagai transformasi digital. Berbagai kalangan telah dimudahkan dalam mengakses suatu informasi melalui banyak cara, serta dapat menikmati fasilitas dari teknologi digital dengan bebas dan terkendali. Tetapi di sayangkan semakin berkembangnya teknologi justru semakin banyaknya kejahatan yang terdeteksi. Maka dari itu segala sesuatunya harus memiliki perlindungan hak cipta dan mengontrol anak-anak dan remaja khususnya. Begitu banyak game online yang menyebabkan kerusakan mental anak saat ini, pornografi dan pelanggaran hak cipta pun banyak dilanggar.
Akibat beralihnya dokumentasi arsip berkas di sebuah instansi yang awalnya menggunakan kertas, kini urusan surat-menyurat tidak harus menggunakan kertas. Bahkan uang kertas kini pun diganti dengan uang elektronik (e-money). Semua hal yang menggunakan kertas dengan kemajuan teknologi digital, penggunaannya mulai berkurang.[11]
Awalnya, piringan hitam merupakan sebuah alat yang memiliki pena yang bergetar untuk menghasilkan bunyi dari sebuah disc, alat yang diperlukan untuk memutar piringan hitam adalah Gramophone seiring berkembangnya teknologi kemudian piringan hitam berfungsi untuk merekam suara ataupun video dan setelah itu berkembang menjadi CD, CD dibuat dalam usaha merampingkan media penyimpanan musik dengan memperbaiki kualitas suara yang dihasilkan. Kemudian muncul MP3, untuk mempermudah dalam mendengar ataupun memutar video/musik.
Format baru untuk menyimpan data berupa video. Format ini dibuat untuk memenuhi kebutuhan akan teknologi HDTV (High Definition TV) yang menjanjikan kualitas video yang jauh lebih tajam. Sekeping Blu-ray dengan single-layer mampu menyimpan data hingga 27 GB. Hal ini setara dengan 2 jam video dengan kualitas tinggi (high definition) atau sekitar 13 jam dengan kualitas video standar. Sedangkan untuk double layer, mampu menampung hingga 54 GB untuk sekitar 4,5 jam video dengan kualitas tinggi atau 20 jam dengan kualitas video standar. Bahkan ada rencana untuk mengembangkan terus ukurannya hingga dua kali lebih besar.
Yang mendasari revolusi digital adalah perkembangan komputer elektronik digital, yang komputer pribadi, dan khususnya mikroprosesor dengan kinerjanya terus meningkat (seperti yang dijelaskan oleh [Moore [s hukum]]), yang memungkinkan teknologi komputer untuk tertanam ke berbagai objek besar dari kamera ke pemutar musik pribadi. Sama pentingnya adalah pengembangan teknologi transmisi termasuk jaringan komputer, para Internet dan penyiaran digital. 3G ponsel, yang tumbuh pesat penetrasi sosial pada tahun 2000, juga memainkan peran yang sangat besar dalam revolusi digital karena mereka secara bersamaan memberikan hiburan di mana-mana, komunikasi, dan konektivitas online. Teknologi Informasi tidak hanya terbatas pada teknologi komputer (perangkat keras dan perangkat lunak) yang digunakan untuk menyimpan informasi, melainkan juga mencakup teknologi komunikasi untuk mengirimkan informasi.
Aspek positif termasuk keterkaitan yang lebih besar, komunikasi lebih mudah, dan paparan informasi yang pada masa lalu bisa lebih mudah telah ditindas oleh rezim totaliter.
Dampak ekonomi dari revolusi digital telah besar. Tanpa World Wide Web (WWW), misalnya, globalisasi dan outsourcing tidak akan hampir sama layak seperti sekarang. Revolusi digital secara radikal mengubah cara individu dan perusahaan berinteraksi. Perusahaan daerah kecil tiba-tiba diberi akses ke pasar yang jauh lebih besar. Konsep-konsep seperti On-demand jasa dan manufaktur dan cepat menjatuhkan biaya teknologi membuat inovasi-inovasi baru yang mungkin dalam semua aspek industri dan kehidupan sehari-hari.
Setelah kekhawatiran awal seorang IT Produktivitas Paradox semakin banyak bukti bahwa teknologi digital telah secara signifikan meningkatkan produktivitas dan kinerja bisnis.[12]
Kemajuan teknologi informasi yang serba digital membawa orang ke dunia bisnis yang revolusioner (digital revolution era) karena dirasakan lebih mudah, murah, praktis, dan dinamis dalam berkomunikasi dan memperoleh informasi. Seperti internet misalnya saat ini menjadi sebuah solusi untuk beberapa kalangan. Di zaman yang semakin terbuka inilah segalanya terasa lebih mudah dan praktis tentu saja dibalik kesempurnaan ini terdapat banyak sisi negatif atau dampak negatif. Maka segala sesuatu yang dilakukan harus memenuhi proses untuk melindungi setiap hak cipta.
Efek negatif termasuk informasi yang berlebihan predator internet, dan saturasi media. Dalam beberapa kasus, karyawan perusahaan menggunakan meresap perangkat digital portabel dan komputer bekerja terkait untuk penggunaan pribadi - email, instant messaging, . Komputasi personal dan non-kegiatan kerja digital terkait di tempat kerja sehingga membantu menyebabkan bentuk kuat invasi privasi, seperti merekam keystroke dan informasi penyaringan aplikasi (spyware dan isi-kontrol perangkat lunak). Selain itu banyak juga efek negatif karena terlalu bebasnya situs situs porno, sangat tidak baik untuk seseorang ketika terus menerus menyaksikan hal tersebut karena dapat merusak kinerja otak dan saraf. Serta masalah-masalah yang begitu banyak kaitannya dengan teknologi yang semakin luas ini.
Privasi pada umumnya menjadi perhatian selama revolusi digital. Kemampuan untuk menyimpan dan memanfaatkan jumlah besar seperti informasi beragam dibuka kemungkinan untuk melacak kegiatan individu dan kepentingan. Libertarian sosial dan hak privasi pendukung takut kemungkinan Orwellian masa depan di mana struktur kekuasaan terpusat kontrol rakyat melalui surveilans pemantauan otomatis dan informasi pribadi dalam program seperti CIA Information Awareness Office.[13] Konsumen dan tenaga pendukung menentang kemampuan untuk mengarahkan pasar untuk individu, diskriminasi dalam mempekerjakan dan pinjaman keputusan, invasif memonitor perilaku karyawan dan komunikasi dan umumnya keuntungan dari informasi pribadi tanpa sengaja bersama.
Para Internet, terutama WWW pada 1990-an, membuka jalan baru untuk komunikasi dan berbagi informasi. Kemampuan untuk berbagi informasi dengan mudah dan cepat dalam skala global membawa dengan itu suatu tingkat baru [kebebasan [berbicara]]. Individu dan organisasi tiba-tiba diberi kemampuan untuk mempublikasikan tentang topik apapun, ke khalayak global, dengan biaya diabaikan, terutama dibandingkan dengan setiap teknologi komunikasi sebelumnya. Proyek kerja sama besar bisa diusahakan (misalnya Perangkat lunak open source proyek, SETI @ home). Komunitas individu yang berpikiran sama dibentuk (misalnya MySpace, Tribe.net). Perusahaan daerah kecil tiba-tiba diberi akses ke pasar yang lebih besar. Dalam kasus lain, kelompok-kelompok kepentingan khusus serta lembaga-lembaga sosial dan keagamaan yang ditemukan banyak konten pantas, bahkan berbahaya. Banyak orang tua dan organisasi keagamaan, terutama di Amerika Serikat, menjadi khawatir dengan pornografi yang lebih mudah tersedia untuk anak di bawah umur. Dalam keadaan lain proliferasi informasi mengenai topik-topik seperti pornografi anak, membuat bom, melakukan tindakan terorisme, dan kegiatan kekerasan lainnya mengkhawatirkan kelompok yang berbeda banyak orang. Kekhawatiran tersebut memberikan kontribusi untuk argumen untuk sensor dan regulasi di WWW.
Hak Cipta juga menemukan kehidupan baru dalam revolusi digital. Kemampuan luas konsumen untuk memproduksi dan mendistribusikan reproduksi yang tepat dari karya yang dilindungi secara dramatis mengubah lanskap kekayaan intelektual, khususnya di musik, film, dan industri televisi. Revolusi digital, terutama mengenai berbagi privasi, hak cipta, sensor dan informasi, tetap menjadi topik kontroversial. Sebagai revolusi digital berkembang masih belum jelas apa sejauh mana masyarakat terkena dampak dan akan diubah pada masa depan.
Hak cipta adalah terminologi hukum yang menggambarkan hak-hak yang diberikan kepada pencipta untuk karya-karya mereka dalam bidang ilmu pengetahuan, seni dan sastra. Jenis karya yang dilindungi oleh hak cipta adalah: buku, program komputer, pamflet, susunan perwajahan karya tulis yang diterbitkan, dan semua hasil karya tulis lainnya; ceramah, kuliah, pidato dan ciptaan lainnya yang diwujudkan dengan cara diucapkan: alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu pengetahuan: ciptaan lagu atau musik dengan atau tanpa teks, termasuk karawitan, dan rekaman suara; drama, tari (koreografi), pewayangan, pantomim; karya pertunjukan; karya siaran; seni rupa dalam segala bentuk seperti seni lukis, gambar, seni ukir, seni kaligrafi, seni pahat, seni patung, kolase, seni terapan yang berupa seni kerajinan tangan: arsitektur, peta, seni batik, fotografi, sinematografi, terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, dan karya lainnya dari hasil pengalihwujudan.Pencipta karya asli dan ahli warisnya dilindungi oleh hak cipta, dan mereka memiliki hak-hak dasar tertentu. Hak tersebut adalah hak untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya; memberi izin pihak lain untuk menggunakan haknya dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pencipta suatu karya dapat melarang atau tidak mengizinkan orang lain untuk melakukan:
Banyak karya yang dilindungi oleh hak cipta memerlukan distribusi, komunikasi, dan investasi keuangan untuk penyebarluasannya (misalnya, publikasi rekaman suara dan film). Lebih jauh lagi, pencipta sering menjual hak atas karya mereka kepada individu atau perusahaan yang memiliki kemampuan yang tinggi dalam pemasaran sehingga dapat memberikan pemasukan yang besar. Pembayaran biasanya tergantung pada penggunaan aktual atas karya tersebut, yang kemudian disebut sebagai royalti. Hak-hak ekonomis ini memiliki batas waktu, yaitu secara umum sampai dengan 50 tahun setelah pencipta meninggal dunia, dengan beberapa pengecualian pada beberapa bentuk karya cipta. Batas waktu tersebut memberikan kesempatan kepada pencipta dan ahli waris untuk mengambil keuntungan finansial dalam jangka waktu yang rasional. Hak cipta juga melindungi hak moral, yaitu hak untuk menuntut kepemilikan suatu karya, dan hak untuk tidak menyetujui perubahan yang dapat membahayakan reputasi penciptanya. [14]
Meskipun telah ada manfaat besar untuk masyarakat dari revolusi digital, terutama dalam hal aksesibilitas informasi ada sejumlah kekhawatiran. Kekuatan diperluas komunikasi dan berbagi informasi, meningkatkan kemampuan untuk teknologi yang sudah ada, dan munculnya teknologi baru membawa dengan itu banyak peluang potensial untuk eksploitasi. Revolusi digital membantu mengantar era baru pengawasan massal, menghasilkan berbagai baru sipil dan hak asasi manusia isu. Keandalan data menjadi masalah karena informasi dengan mudah dapat direplikasi, namun tidak mudah diverifikasi. Revolusi digital memungkinkan untuk menyimpan dan melacak fakta, artikel, statistik, serta minutia tidak layak sampai sekarang.
Dari perspektif sejarawan, sebagian besar sejarah manusia diketahui melalui benda fisik dari masa lalu yang telah ditemukan atau diawetkan, terutama dalam dokumen tertulis. Arsip digital mudah untuk menciptakan tetapi juga mudah untuk menghapus dan memodifikasi. Perubahan dalam penyimpanan format dapat membuat pemulihan data sulit atau hampir mustahil seperti dapat penyimpanan informasi pada media usang untuk mana peralatan reproduksi tidak tersedia, dan bahkan mengidentifikasi apa data tersebut dan apakah itu kepentingan dapat hampir mustahil jika tidak lagi mudah dibaca atau jika ada sejumlah besar file tersebut untuk mengidentifikasi. Informasi dilewatkan sebagai penelitian otentik atau studi harus diteliti dan diverifikasi. Dengan proliferasi besar seperti informasi yang menjadi mungkin untuk menulis sebuah artikel mengutip sumber-sumber yang sepenuhnya palsu, juga didasarkan pada sumber-sumber palsu. [butuh rujukan]
Masalah-masalah ini lebih diperparah oleh penggunaan manajemen hak digital teknologi yang sedang dirancang untuk hanya memungkinkan data untuk dibaca pada mesin tertentu, mungkin membuat masa depan data recovery mustahil. Menariknya, Voyager Golden Record, yang dimaksudkan untuk dibaca oleh yang cerdas luar bumi (mungkin paralel yang cocok untuk seorang manusia dari masa depan yang jauh), dicatat dalam analog, bukan format digital khusus untuk interpretasi mudah dan analisis. Bukan hal mudah untuk menjadikan teknologi digital sebagai
Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi yang begitu pesat pada saat ini mau tidak mau, setuju atau tidak tentu akan membuka cakrawala pemikiran kita bahwa di jagad maya terdapat beraneka macam jenis informasi atau sumber belajar yang tidak terbatas jumlahnya. Tentu kita semua akan setuju jika dikatakan bahwa kita harus memanfaatkan beraneka ragam informasi yang tersebar di jagad maya tersebut sebagai sumber belajar setelah melalui seleksi yang didasarkan pada kebutuhan pembelajaran, pertimbangan moral, agama dan lain, dan lain-lain. Revolusi digital memang membawa kemudahan untuk masa depan, dengan tetap mempertimbangkan hak asasi dan pertimbangan moral.[15]
Soekarno M. Hatta Soedirman O. Soemohardjo HB IX Gatot Soebroto Laupase Malau A.H Nasutiondan lainnya...
Revolusi Nasional Indonesia[e] adalah sebuah konflik bersenjata dan pertentangan diplomasi antara Republik Indonesia yang baru lahir melawan Kerajaan Belanda yang dibantu oleh pihak Sekutu, diwakili oleh Inggris. Rangkaian peristiwa ini terjadi mulai dari mendaratnya pasukan sekutu Inggris pertama kali di Jakarta pada 29 September 1945 yang dipimpin oleh Letnan Jenderal Christinson setelah ditandatanganinya Civil Affairs Agreement. Konflik ini berlangsung selama 4 tahun hingga pengakuan kemerdekaan Indonesia oleh Kerajaan Belanda pada 27 Desember 1949.[5] Meskipun demikian, gerakan revolusi itu sendiri telah dimulai pada tahun 1908, yang saat ini diperingati sebagai tahun dimulainya kebangkitan nasional Indonesia.
Selama sekitar empat tahun, beberapa peristiwa berdarah terjadi secara sporadis. Selain itu, terdapat pula pertikaian politik serta dua intervensi internasional. Dalam peristiwa ini, pasukan Belanda hanya mampu menguasai kota-kota besar di pulau Jawa dan Sumatra, tetapi gagal mengambil alih kendali di desa dan daerah pinggiran. Karena sengitnya perlawanan bersenjata serta perjuangan diplomatik, Belanda berhasil dibuat tertekan untuk mengakui kemerdekaan Indonesia.
Revolusi ini berujung pada berakhirnya pemerintahan kolonial Hindia Belanda dan mengakibatkan perubahan struktur sosial di Indonesia; kekuasaan raja-raja mulai dikurangi atau dihilangkan. Peristiwa ini dikenal dengan "revolusi sosial", yang terjadi di beberapa bagian di pulau Sumatra.
Pergerakan nasionalis untuk mendukung kemerdekaan Indonesia dari Kerajaan Belanda, seperti Budi Utomo, Partai Nasional Indonesia, Sarekat Islam dan Partai Komunis Indonesia tumbuh dengan cepat di pertengahan abad ke-20. Budi Utomo, Sarekat Islam dan gerakan nasional lainnya memprakarsai strategi kerja sama dengan mengirim wakil mereka ke Volksraad (dewan rakyat) dengan harapan Indonesia akan diberikan hak memerintah diri sendiri tanpa campur tangan Kerajaan Belanda.[7] Sedangkan gerakan nasionalis lainnya memilih cara nonkooperatif dengan menuntut kebebasan pemerintahan Indonesia sendiri dari Belanda. Pemimpin gerakan ini adalah Soekarno dan Mohammad Hatta, dua orang mahasiswa nasionalis yang kelak menjadi presiden dan wakil presiden pertama. Pergerakan ini dimudahkan dengan adanya kebijakan Politik Etis yang dijalankan oleh Belanda.
Pendudukan Indonesia oleh Jepang selama tiga setengah tahun masa Perang Dunia Kedua merupakan faktor penting untuk revolusi berikutnya. Belanda hanya memiliki sedikit kemampuan untuk mempertahankan penjajahan di Hindia Belanda. Hanya dalam waktu tiga bulan, Jepang berhasil menguasai Sumatra. Jepang kemudian berusaha untuk mengambil hati kaum nasionalis dengan menjanjikan kemerdekaan untuk Indonesia dan mengizinkan penggunaan bahasa Indonesia di ruang publik. Ini menimbulkan lahirnya organisasi-organisasi perjuangan di seluruh negeri.
Ketika Jepang berada di ambang kekalahan perang, Belanda kembali untuk merebut kembali bekas koloni mereka. Pada 7 September 1944, Perdana Menteri Jepang Kuniaki Koiso menjanjikan kemerdekaan kepada Indonesia, walaupun tidak menetapkan tanggal resmi.
Pada akhir bulan Agustus 1945, pemerintahan republikan telah berdiri di Jakarta. Kabinet Presidensial dibentuk, dengan Soekarno sendiri sebagai ketuanya. Hingga pemilihan umum digelar, Komite Nasional Indonesia Pusat dibentuk untuk membantu Presiden dan bertindak hampir sebagai badan legislatif. Komite serupa juga dibentuk di tingkat provinsi dan kabupaten. Mendengar berita pembentukan pemerintah pusat di Jakarta, beberapa raja menyatakan menggabungkan diri dengan Indonesia. Sementara beberapa lainnya belum menyatakan sikap atau menolak mentah-mentah, terutama yang pernah didukung oleh pemerintah Belanda.
Khawatir Belanda akan berusaha merebut kembali kekuasaan di Indonesia, pemerintah yang baru dibentuk tersebut dengan cepat menyelesaikan persoalan administrasi. Saat itu, pemerintahan masih sangat terpusat di pulau Jawa, sementara kontak ke luar pulau masih sangat sedikit. Pada 14 November 1945, Sutan Sjahrir menjadi perdana menteri pertama mengetuai kabinet Sjahrir I.
Beberapa minggu setelah Jepang menyerah, Giyugun dan Heiho dibubarkan oleh pemerintah Jepang. Struktur komando dan keanggotaan PETA dan Heiho pun hilang. Karena itu, pasukan republikan yang mulai tumbuh di bulan September, tetapi lebih banyak berupa kelompok-kelompok kecil milisi pemuda yang tidak terlatih, yang biasanya dipimpin oleh seorang pemimpin karismatik. Ketiadaan struktur militer yang patuh pada pemerintah pusat menjadi masalah utama revolusi kala itu. Dalam masa awal pembentukan struktur militer, perwira Indonesia yang dilatih Jepang mendapat pangkat yang lebih tinggi dibanding perwira yang dilatih oleh Belanda. Pada 12 November 1945, dalam sebuah konferensi antar panglima-panglima divisi militer di Yogyakarta seorang mantan guru sekolah berumur 30 tahun bernama Sudirman terpilih menjadi panglima Tentara Keamanan Rakyat, bergelar "Panglima Besar".
Pernyataan van Mook untuk tidak berunding dengan Soekarno adalah salah satu faktor yang memicu perubahan sistem pemerintahan dari presidensial menjadi parlementer. Gelagat ini sudah terbaca oleh pihak Republik Indonesia, karena itu sehari sebelum kedatangan Sekutu, tanggal 14 November 1945, Soekarno sebagai kepala pemerintahan republik diganti oleh Sutan Sjahrir yang seorang sosialis dianggap sebagai figur yang tepat untuk dijadikan ujung tombak diplomatik, bertepatan dengan naik daunnya partai sosialis di Belanda.
Terjadinya perubahan besar dalam sistem pemerintahan Republik Indonesia (dari sistem Presidensiil menjadi sistem Parlementer) memungkinkan perundingan antara pihak RI dan Belanda. Dalam pandangan Inggris dan Belanda, Sutan Sjahrir dinilai sebagai seorang moderat, seorang intelek, dan seorang yang telah berperang selama pemerintahan Jepang.
Ketika Syahrir mengumumkan kabinetnya, 15 November 1945, Letnan Gubernur Jendral van Mook mengirim kawat kepada Menteri Wilayah Luar Negeri (Minister of Overseas Territories, Overzeese Gebiedsdelen), J.H.A. Logemann, yang berkantor di Den Haag: "Mereka sendiri [Sjahrir dan Kabinetnya] dan bukan Soekarno yang bertanggung jawab atas jalannya keadaan". Logemann sendiri berbicara pada siaran radio BBC tanggal 28 November 1945, "Mereka bukan kolaborator seperti Soekarno, presiden mereka, kita tidak akan pernah dapat berurusan dengan Dr Soekarno, kita akan berunding dengan Sjahrir". Tanggal 6 Maret 1946 kepada van Mook, Logemann bahkan menulis bahwa Soekarno adalah persona non grata.
Pihak Republik Indonesia memiliki alasan politis untuk mengubah sistem pemerintahan dari Presidensiil menjadi Parlementer, karena seminggu sebelum perubahan pemerintahan itu, Den Haag mengumumkan dasar rencananya. Ir Soekarno menolak hal ini, sebaliknya Sjahrir mengumumkan pada tanggal 4 Desember 1945 bahwa pemerintahnya menerima tawaran ini dengan syarat pengakuan Belanda atas Republik Indonesia.
Menjelang berakhirnya tahun 1945, situasi keamanan ibu kota Jakarta (saat itu masih disebut Batavia) makin memburuk dengan terjadinya saling serang antara kelompok pro-kemerdekaan dan kelompok pro-Belanda. Ketua Komisi Nasional Jakarta, Mr. Mohammad Roem mendapat serangan fisik. Demikian pula, Perdana Menteri Syahrir dan Menteri Penerangan Mr. Amir Sjarifuddin juga nyaris dibunuh simpatisan Belanda (NICA).[15] Karena itu pada tanggal 1 Januari 1946, Presiden Soekarno memberikan perintah rahasia kepada Balai Yasa Manggarai untuk segera menyiapkan rangkaian kereta api demi menyelamatkan para petinggi negara. Pada tanggal 3 Januari 1946 diputuskan bahwa Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Hatta beserta beberapa menteri/staf dan keluarganya meninggalkan Jakarta dan pindah ke Yogyakarta sekaligus pula memindahkan ibu kota; meninggalkan Perdana Menteri Sutan Syahrir dan kelompok yang bernegosiasi dengan Belanda di Jakarta.[16] Perpindahan dilakukan menggunakan kereta api berjadwal khusus, sehingga disebut sebagai KLB (Kereta Luar Biasa).
Perjalanan KLB ini menggunakan lokomotif uap nomor C2849 bertipe C28 buatan pabrik Henschel, Jerman, dengan rangkaian kereta inspeksi yang biasa digunakan untuk Gubernur Jenderal Hindia Belanda, yang disediakan oleh Djawatan Kereta Api (DKA).[15][17] Rangakaian terdiri dari delapan kereta, mencakup satu kereta bagasi, dua kereta penumpang kelas 1 dan 2, satu kereta makan, satu kereta tidur kelas 1, satu kereta tidur kelas 2, satu kereta inspeksi untuk presiden, dan satu kereta inspeksi untuk wakil presiden.[15] Masinis adalah Kusen, juruapi (stoker) Murtado dan Suad, serta pelayan KA Sapei.[15] Perjalanan diawali sore hari, dengan KLB langsir dari Stasiun Manggarai menuju Halte Pegangsaan (sekarang sudah dibongkar) dan kereta api berhenti tepat di belakang kediaman resmi presiden di Jalan Pegangsaan Timur 56.[15] Setelah lima belas menit embarkasi, KLB berangkat ke Stasiun Manggarai dan memasuki jalur 6. Kereta api melanjutkan perjalanan ke Jatinegara dengan kecepatan 25 km per jam. KLB berhenti di Stasiun Jatinegara menunggu signal aman dari Stasiun Klender. Menjelang pukul 19 KLB melanjutkan perjalanan dengan lampu dimatikan dan kecepatan lambat agar tidak menarik perhatian pencegat kereta api yang marak di wilayah itu.[15] Barikade gerbong kosong juga diletakkan untuk menutupi jalur rel dari jalan raya yang sejajar di sebelahnya.
Selepas Setasiun Klender, lampu KLB dinyalakan kembali dan kereta api melaju dengan kecepatan maksimum 90 km per jam. Pada pukul 20 KLB berhenti di Stasiun Cikampek. Pada pukul 01 tanggal 4 Januari 1946 KLB berheti di Stasiun Purwokerto, dan kemudian melanjutkan perjalanan hingga tiba pada pukul 07 di Stasiun Yogyakarta.[15]
Sebelum berita tentang, proklamasi kemerdekaan Indonesia menyebar ke pulau-pulau lain, banyak masyarakat Indonesia yang jauh dari ibu kota Jakarta tidak percaya. Saat berita mulai menyebar, banyak dari orang Indonesia datang untuk menyatakan diri mereka sebagai pro-republik, dan suasana revolusi menyapu seluruh negeri. Kekuatan luar di dalam negeri telah menyingkir, seminggu sebelum tentara Sekutu masuk ke Indonesia, dan Belanda telah mulai melemah kekuatannya dikarenakan perang. Di sisi lain, pasukan Jepang, sesuai dengan ketentuan diminta untuk menyerah dan meletakkan senjata, dan juga menjaga ketertiban umum.
Kevakuman kekuasaan selama berminggu-minggu setelah Jepang menyerah menciptakan suasana ketidakpastian di dalam politik Indonesia saat itu, tetapi hal ini menjadi suatu kesempatan bagi rakyat. Banyak pemuda Indonesia bergabung dengan kelompok perjuangan pro-republik dan laskar-laskar. Laskar-laskar yang paling terorganisir antara lain kelompok PETA dan Heiho yang dibentuk oleh Jepang. Namun pada saat itu laskar-laskar rakyat berdiri sendiri dan koordinasi perjuangan cukup kacau. Pada minggu-minggu pertama, tentara Jepang menarik diri dari daerah perkotaan untuk menghindari konfrontasi dengan rakyat.
Pada bulan September 1945, pemerintah republik yang dibantu laskar rakyat telah mengambil alih kendali atas infrastruktur-infrastruktur utama, termasuk stasiun kereta api dan trem di kota-kota besar di Jawa. Untuk menyebarkan pesan-pesan revolusioner, para pemuda mendirikan stasiun radio dan koran, serta grafiti yang penuh dengan sentimen nasionalis. Di sebagian besar pulau-pulau di Indonesia, komite perjuangan dan laskar-laskar milisi dibentuk. Koran kaum republik dan jurnal-jurnal perjuangan terbit di Jakarta, Yogyakarta dan Surakarta, yang betujuan memupuk generasi penulis yang dikenal sebagai Angkatan 45.
Para pemimpin republik berjuang untuk menyatukan sentimen yang menyebar di masyarakat, karena ada beberapa kelompok yang menginginkan revolusi fisik, dan yang lain lebih memilih menggunakan cara pendekatan damai. Beberapa pemimpin seperti Tan Malaka dan pemimpin kiri lainnya menyebarkan gagasan bahwa revolusi harus dipimpin oleh para pemuda. Soekarno dan Hatta, sebaliknya, lebih tertarik dalam perencanaan sebuah pemerintahan dan lembaga-lembaga negara untuk mencapai kemerdekaan melalui diplomasi. Massa pro-revolusi melakukan demonstrasi di di kota-kota besar, salah satunya dipimpin Tan Malaka di Jakarta dan diikuti lebih dari 200,000 orang. Tetapi aksi ini yang akhirnya berhasil dipadamkan oleh Soekarno-Hatta, karna mengkhawatirkan pecahnya aksi-aksi kekerasan.
Pada September 1945, banyak pemuda Indonesia yang menyatakan diri "siap mati untuk kemerdekaan 100%" karna tidak dapat menahan kesabaran mereka. Pada saat itu, penculikan kaum "nonpribumi" - interniran Belanda, orang-orang Eurasia, Maluku dan Tionghoa - sangat umum terjadi, karena mereka dianggap sebagai mata-mata. Kekerasan menyebar dari seluruh negeri, sementara pemerintah pusat di Jakarta terus menyerukan kepada para pemuda agar dapat tenang. Namun, pemuda yang mendukung perjuangan bersenjata memandang pimpinan yang lebih tua sebagai para "pengkhianat revolusi", yang pada akhirnya sering menyebabkan meletusnya konflik internal di kalangan masyarakat sipil.
Pihak Belanda menuduh Soekarno dan Hatta berkolaborasi dengan Jepang dan mencela bahwa kemerdekaan Indonesia merupakan hasil dari fasisme Jepang. Pemerintahan Hindia Belanda telah menerima sepuluh juta dolar dari Amerika Serikat untuk mendanai usaha pengembalian Indonesia sebagai jajahan mereka kembali.[23]
Meskipun begitu, situasi Belanda pada saat itu lemah setelah diamuk Perang Dunia Kedua di Eropa dan baru bisa mengatur kembali militernya pada awal 1946. Jepang dan kekuatan sekutu lainnya enggan menjadi pelaksana tugas pemerintahan di Indonesia. Sementara Amerika Serikat sedang fokus bertempur di kepulauan Jepang, Indonesia diletakkan di bawah kendali seorang laksamana dari Angkatan Laut Britania Raya, Laksamana Earl Louis Mountbatten, Panglima Tertinggi Sekutu untuk Komando Asia Tenggara. Enklaf-enklaf Sekutu muncul di Kalimantan, Morotai, dan beberapa bagian di Irian Jaya; para pegawai sipil Belanda telah kembali ke daerah-daerah tersebut. Di area yang dikuasa angkatan laut Jepang, kedatangan pasukan Sekutu segera saja menghentikan aksi-aksi revolusioner, dimana tentara Australia (diikuti pasukan Belanda dan pegawai-pegawai sipilnya), dengan cepat menguasai daerah-daerah yang sebelumnya dikuasai Jepang, kecuali Bali dan Lombok. Karena tidak adanya perlawanan berarti, dua divisi tentara Australia dengan mudah menguasai beberapa daerah di bagian Timur Indonesia.
Inggris ditugaskan untuk mengatur kembali jalannya pemerintahan sipil di Jawa. Belanda mengambil kesempatan ini untuk menegakkan kembali pemerintahan kolonial lewat NICA dan terus mengklaim kedaulatan atas Indonesia.. Meskipun begitu, tentara Persemakmuran belum mendarat di Jawa sampai September 1945. Tugas mendesak Lord Mountbatten adalah pemulangan 300,000 orang Jepang dan membebaskan para tawanan perang. Ia tidak ingin (dan tidak berdaya) untuk memperjuangakan pengembalian Indonesia pada Belanda.. Tentara Inggris pertama kali mendarat di Medan, Padang, Palembang, Semarang dan Surabaya pada bulan Oktober. Dalam usaha menghindari bentrokan dengan orang-orang Indonesia, komandan pasukan Inggris Letjen Sir Philip Christison, mengirim para prajurit Belanda yang dibebaskan ke Indonesia Timur, dimana pendudukan kembali Belanda berlangsung mulus.. Tensi memuncak saat tentara Inggris memasuki Jawa dan Sumatra; bentrokan pecah antara kaum republikan melawan para "musuh negara", seperti tawanan Belanda, KNIL, orang Tionghoa, orang-orang Indo dan warga sipil Jepang.
Terdapat berbagai pertempuran yang terjadi pada saat masuknya Sekutu dan NICA ke Indonesia, yang saat itu baru menyatakan kemerdekaannya. Pertempuran yang terjadi di antaranya adalah:
Revolusi sosial yang terjadi setelah proklamasi berupa penentangan terhadap pranata sosial Indonesia yang terlanjur terbentuk pada masa penjajahan Belanda, dan terkadang juga merupakan hasil kebencian terhadap kebijakan pada masa penjajahan Jepang. Di seluruh negara, masyarakat bangkit melawan kekuasaan aristokrasi dan kepala daerah dan mencoba untuk mendorong penguasaan lahan dan sumber daya alam atas nama rakyat. Kebanyakan revolusi sosial ini berakhir dalam waktu singkat, dan dalam kebanyakan kasus gagal terjadi.
Kultur kekerasan dalam konflik yang dalam memecah belah negara ini saat dalam pengusaan Belanda sering kali terulang di paruh akhir abad keduapuluh. Istilah revolusi sosial banyak digunakan untuk aktivitas berdarah yang dilakukan kalangan kiri yang melibatkan baik niat altruistik, untuk mengatur revolusi sosial sebenarnya, dengan ekspresi balas dendam, kebencian, dan pemaksaan kekuasaan. Kekerasan adalah salah satu dari sekian banyak hal yang dipelajari rakyat selama masa penjajahan Jepang, dan tokoh-tokoh yang diidentifikasi sebagai tokoh feodal, antara lain para raja, bupati, atau kadang sekadar orang-orang kaya, sering kali menjadi sasaran penyerangan, kadang disertai pemenggalan, serta pemerkosaan juga sering menjadi senjata untuk melawan wanita-wanita feodal. Di daerah pesisir Sumatra dan Kalimantan yang dikuasai kesultanan, misalnya, para sultan dan mereka yang mendapat kekuasaan dari Belanda, langsung mendapat serangan begitu pemerintahan Jepang angkat kaki. Penguasa sekuler Aceh, yang menjadi basis kekuasaan Belanda, turut dieksekusi atau dipenjara.
Kebanyakan orang Indonesia pada masa ini hidup dalam ketakutan dan kebimbangan, hal ini terutama terjadi pada populasi yang mendukung kekuasaan Belanda atau mereka yang hidup di bawah kontrol Belanda. Teriakan kemerdekaan yang begitu populer, "Merdeka ataoe mati!" sering kali menjadi pembenaran untuk pembunuhan yang terjadi di daerah kekuasaan Republik. Para pedagang sering kali mengalami situasi sulit ini. Di satu sisi, mereka ditekan oleh pihak Republik untuk memboikot semua ekspor ke Belanda, sementara di sisi lain polisi Belanda juga tidak mengenal ampun bagi para penyelundup yang justru menjadi tumpuan ekonomi pihak Republik. Di beberapa wilayah, istilah "kedaulatan rakyat" yang diamanatkan dalam pembukaan UUD 1945 dan sering digunakan para pemuda untuk menuntut kebijakan proaktif dari para pemimpin, sering kali berakhir tidak hanya menjadi tuntutan atas komoditas gratis, tetapi juga perampokan dan pemerasan.
Bulan Agustus pemerintah Belanda melakukan usaha lain untuk memecah halangan dengan menunjuk tiga orang Komisi Jendral datang ke Jawa dan membantu Van Mook dalam perundingan baru dengan wakil-wakil republik itu. Konferensi antara dua belah pihak diadakan di bulan Oktober dan November di bawah pimpinan yang netral seorang komisi khusus Inggris, Lord Killearn. Bertempat di bukit Linggarjati dekat Cirebon. Setelah mengalami tekanan berat -terutama Inggris- dari luar negeri, dicapailah suatu persetujuan tanggal 15 November 1946 yang pokok-pokoknya sebagai berikut:[26]
Untuk ini Kalimantan dan Timur Raya akan menjadi komponennya. Sebuah Majelis Konstituante didirikan, yang terdiri dari wakil-wakil yang dipilih secara demokratis dan bagian-bagian komponen lain. Indonesia Serikat pada gilirannya menjadi bagian Uni Indonesia-Belanda bersama dengan Belanda, Suriname dan Curasao. Hal ini akan memajukan kepentingan bersama dalam hubungan luar negeri, pertahanan, keuangan dan masalah ekonomi serta kebudayaan. Indonesia Serikat akan mengajukan diri sebagai anggota PBB. Akhirnya setiap perselisihan yang timbul dari persetujuan ini akan diselesaikan lewat arbitrase.
Kedua delegasi pulang ke Jakarta, dan Soekarno-Hatta kembali ke pedalaman dua hari kemudian, pada tanggal 15 November 1946, di rumah Sjahrir di Jakarta, berlangsung pemarafan secara resmi Perundingan Linggarjati. Sebenarnya Soekarno yang tampil sebagai kekuasaan yang memungkinkan tercapainya persetujuan, namun, Sjahrir yang diidentifikasikan dengan rancangan, dan yang bertanggung jawab bila ada yang tidak beres.
Pada tengah malam 20 Juli 1947, Belanda meluncurkan serangan militer yang disebut sebagai Agresi Militer Belanda I (Operatie Product), dengan tujuan utama menghancurkan kekuatan republikan. Aksi militer ini melanggar perjanjian Linggarjati, dan dianggap pemerintah belanda sebagai aksi polisionil untuk penertiban dan penegakkan hukum. Pasukan Belanda berhasil memukul pasukan Republikan dari Sumatra serta Jawa Barat dan Jawa Timur. Republikan kemudian memindahkan pusatnya ke Yogyakarta. Pasukan Belanda juga menguasai perkebunan di Sumatra, instalasi minyak dan batu bara, serta pelabuhan-pelabuhan besar di Jawa.
Negara-negara lain bereaksi negatif terhadap aksi Belanda ini. Australia, India, Uni Soviet, dan Amerika Serikat segera mendukung Indonesia. Di Australia, misalnya, kapal berbendera Belanda diboikot mulai bulan September 1945. Dewan keamanan PBB mulai bertindak aktif dengan membentuk Komisi Tiga Negara untuk mendorong negosiasi. PBB kemudian mengeluarkan resolusi untuk gencatan senjata. Pada saat aksi militer ini terjadi, tepatnya pada 9 Desember 1947, Pasukan Belanda membantai banyak warga sipil di Desa Rawagede (saat ini wilayah Balongsari di Karawang, Jawa Barat.
Pada 18 September 1948 Republik Soviet Indonesia diproklamasikan di Madiun[27] oleh anggota PKI yang berniat menjalankan sebuah pusat pembangkangan atas kepemimpinan Soekarno Hatta, yang dianggap budak Jepang dan Amerika. Pertempuran antara TNI dan PKI ini, tetap dimenangkan pihak TNI dalam beberapa minggu, dan pemimpinnya, Muso, terbunuh. RM Suryo, Gubernur Jawa Timur pada masa itu, beberapa petugas kepolisian, dan pemimpin religius gugur di tangan pemberontak. Kemenangan ini menghilangkan gangguan konsentrasi atas perjuangan revolusi nasional dan memperkuat simpati Amerika yang awalnya hanya berupa perasaan senasib dalam bentuk anti kolonialisme, menjadi dukungan diplomatik. Di dunia internasional, pihak Republik Indonesia mengukuhkan sikap anti komunis dan menjadi calon sekutu potensial di awal era perang dingin antara Amerika Serikat dan blok Soviet.[28]
Pemerintah berencana membubarkan Kesatuan Gerilya Sulawesi Selatan (KGSS) dan anggotanya disalurkan ke masyarakat. Tenyata Kahar Muzakkar menuntut agar Kesatuan Gerilya Sulawesi Selatan dan kesatuan gerilya lainnya dimasukkan dalam satu brigade yang disebut Brigade Hasanuddin di bawah pimpinanya.
Tuntutan itu ditolak karena banyak di antara mereka yang tidak memenuhi syarat untuk dinas militer. Pemerintah mengambil kebijaksanaan menyalurkan bekas gerilyawan itu ke Corps Tjadangan Nasional (CTN). Pada saat dilantik sebagai Pejabat Wakil Panglima Tentara dan Tetorium VII, Kahar Muzakkar beserta para pengikutnya melarikan diri ke hutan dengan membawa persenjataan lengkap dan mengadakan pengacauan. Kahar Muzakkar mengubah nama pasukannya menjadi Tentara Islam Indonesia dan menyatakan sebagai bagian dari DI/TII Kartosuwiryo pada tanggal 7 Agustus 1953.
Awalnya TNI tidak merespon karena sedang berkonsentrasi melawan agresi Belanda. Namun setelah seluruh teritori kembali disatukan pada 1950, maka pemerintah Republik Indonesia mulai menganggap Darul Islam sebagai ancaman, terutama setelah beberapa provinsi lainnya menyatakan bergabung dalam Darul Islam. Perlawanan ini berhasil dipadamkan mulai tahun 1962, dan tanggal 3 Februari 1965, Kahar Muzakkar tertembak mati oleh pasukan TNI dalam sebuah baku tembak.
Perkiraan yang meninggal dalam peperangan untuk kemerdekaan Indonesia dari rakyat sipil dan pejuang yang terbunuh sebanyak 97,421 hingga 100,000 korban jiwa dari pihak Indonesia.[29] Selain itu, tentara Inggris yang berjumlah 980 diperkirakan dibunuh dan hilang di Jawa dan Sumatra antara tahun 1945-1946, kebanyakan merupakan prajurit India. Sedangkan untuk Belanda lebih dari 4000 tentaranya kehilangan nyawa mereka di Indonesia. Lebih banyak lagi tentara Jepang gugur, tentara Jepang yang meninggal dalam peperangan sebanyak 1057 jiwa. Selain itu, lebih dari tujuh juta jiwa mengungsi di Sumatra dan Jawa.[30]
Tentara Jepang yang ikut serta dalam perang kemerdekaan ini dan tidak kembali ke Jepang bahkan setelah Indonesia merdeka, diberi penghargaan oleh pemerintah Indonesia dan juga diberikan uang pensiun. Ketika meninggal, mereka dimakamkan dalam pemakaman kenegaraan oleh militer Indonesia.
Gerakan revolusi nasional Indonesia ini memberikan efek langsung pada kondisi ekonomi, sosial dan budaya Indonesia itu sendiri, di antaranya kekurangan bahan makanan, dan bahan bakar. Ada dua efek dalam ekonomi yang ditimbulkan oleh gerakan nasional Indonesia yang berdampak langsung dengan ekonomi Kerajaan Belanda dan Indonesia, keduanya kembali untuk membangun ekonomi mereka secara berkelanjutan setelah Perang Dunia II dan gerakan revolusi Indonesia. Republik Indonesia mengatur kembali setiap hal yang dibutuhkan oleh rakyat Indonesia yang awalnya diblokade oleh Belanda.
Pada tahun 2013, pemerintah Belanda meminta maaf kepada rakyat Indonesia atas kekerasan yang dilancarkan selama perang kemerdekaan.[31] Pada 2016, Menteri Luar Negeri Belanda Bert Koenders meminta maaf atas kekejaman tentara Belanda dalam pembantaian 400 rakyat Indonesia di sebuah desa pada tahun 1947.[32]
Dalam kunjungan kenegaraannya pada tahun 2020, Raja Belanda Willem-Alexander di hadapan Presiden Joko Widodo menyampaikan permintaan maaf terhadap brutalitas tentara Belanda.[33] Permintaan maaf ini dianggap cukup mengejutkan karena permintaan maaf langsung dari raja menuai opini pro kontra di Belanda.[34]
Pada 17 Februari 2022, sejarahwan Belanda merilis penelitian yang berjudul Kemerdekaan, Dekolonisasi, Kekerasan dan Perang di Indonesia, 1945-1950. Penelitian ini diikuti oleh ahli sejarahwan dari 3 institusi: Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde (KITLV), Institusi Belanda untuk Sejarah Militer (NIMH) dan Institut NIOD untuk Pembelajaran Perang, Holokaus dan Genosida.[35][36] Penelitian ini juga dibantu oleh 17 sejarahwan Indonesia dari Universitas Gadjah Mada.[37] Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa Belanda telah menggunakan kekerasan yang sistematis dan berlebihan selama perang. Menurut tinjauan tersebut, "Penggunaan kekerasan ekstrem oleh angkatan bersenjata Belanda tidak hanya meluas, tetapi juga sering disengaja" dan "diizinkan di setiap level: politik, militer, dan hukum." Pada hari yang sama setelah penelitian itu dirilis, Perdana Menteri Belanda Mark Rutte menyatakan permintaan maaf atas kekerasan ekstrim yang dilakukan oleh Angkatan Bersenjata Belanda secara sistematis dan tersebar luas dan kegagalan pemerintahan Belanda dalam mengakuinya.[33][38]
Meskipun telah meminta maaf, pemerintah Belanda masih belum mengakui sepenuhnya bahwa beberapa peristiwa seperti Pembantaian Westerling adalah kejahatan perang. Pada tahun 1969, setelah wawancara fantastis oleh seorang veteran Belanda yang aktif di Indonesia, pemerintah Belanda menyatakan bahwa walaupun ada tindakan kekerasan yang berlebihan, seluruh pasukan Belanda secara keseluruhan mematuhi kaidah perang dan pernyataan ini tidak pernah direvisi.[39]
Revolusi per menit (rpm) adalah unit untuk frekuensi. Umumnya, unit ini digunakan untuk menyatakan kecepatan revolusi (perputaran) setiap menitnya. Biasanya digunakan sebagai satuan untuk menunjukkan kecepatan mesin mobil atau kecepatan hard disk komputer. Misalnya, bahkan dalam golf atau baseball, ketika sebuah bola terbang sambil berputar dengan kecepatan konstan, RPM digunakan sebagai unit untuk menunjukkan berapa kali bola berputar per menit. RPM adalah satuan yang menyatakan jumlah putaran per menit dari semua benda yang berputar.[1]
Dalam kasus mobil dan sepeda motor, itu ditampilkan melalui takometer, dan mobil umumnya mengacu pada takometer mesin yang dipasang pada panel instrumen. Jika Anda melihat tachometer ini, angka 0 hingga 9 ditampilkan. Di sini, 1 berarti 1.000 rpm, dan 2 berarti 2.000 rpm. 1.000 rpm berarti poros engkol, poros utama mesin, berputar 1.000 putaran per menit. Dengan kata lain, jika mesin berputar 1.000 kali per menit, itu adalah 1.000rpm, dan jika berputar 1.500 kali, itu adalah 1.500rpm.
Peningkatan RPM berarti peningkatan kecepatan putaran mesin, dan peningkatan kecepatan putaran berarti output dan kecepatan kendaraan juga terpengaruh. Dengan kata lain, jika torsi konstan, semakin tinggi RPM, semakin tinggi kecepatannya. Namun, RPM dan kecepatan kendaraan belum tentu proporsional. Karena keluaran kendaraan (tenaga kuda) adalah produk dari torsi, yang merupakan gaya putar mesin, dan RPM, maka juga dipengaruhi oleh torsi.
Di komputer, ini mengacu pada kecepatan di mana piringan hard disk berputar per menit. Platter adalah istilah yang digunakan untuk membedakan disk dalam hard disk drive (HDD) dari jenis disk lainnya, dan mengacu pada disk bundar tempat data direkam pada hard disk. Platter harus berputar untuk membaca data dari hard disk, dan semakin cepat kecepatan putaran, semakin cepat kecepatan membaca. Di sisi lain, karena berputar dengan kecepatan tinggi, ada kerugiannya yaitu panas meningkat dan kebisingan meningkat. Secara umum, semakin tinggi RPM, semakin tinggi kualitasnya, dan semakin tinggi harganya.
Kecepatan floppy disk biasanya sekitar 300 rpm, sedangkan kecepatan putaran hard disk adalah 3.600 rpm atau lebih. Baru-baru ini, 5.400·7.200rpm produk sedang diproduksi, dan hard disk SCSI dengan 10.000rpm atau lebih tinggi sedang dirilis.
Contoh: mesin mobil berputar antara 600 sampai 6.000 rpm berarti berputar sebanyak 600 sampai 6.000 kali per menit, plat piringan hitam berputar pada 78 rpm yang berarti berputar pada kecepatan 78 kali per menit, dan cakram CD audio berputar dengan kecepatan antara 180 dan 500 rpm yang berarti berputar sebanyak antara 180 dan 500 putaran per menitnya.
Perlu diperhatikan beberapa orang mungkin keliru dalam definisi rpm ini, kesalahan dalam definisi mungkin terjadi akibat penerjemahan yang salah dari bahasa inggris (rpm = revolution per minutes) ke bahasa indonesia (rpm = rotasi per menit) atau jadinya (rpm = rotation per minutes).
Namun, pada nyatanya kedua definisi yang berbeda itu tetaplah sama. rpm tetap mengartikan (putaran per menit). Menyatakan banyaknya suatu benda berputar pada porosnya selama satu menit.
mari kita analisa lebih lanjut, Kita tahu bahwa rpm memiliki hubungan dengan frekuensi dimana 1Hz sama dengan 60rpm atau 1rpm sama dengan 1/60Hz.
f = banyaknya putaran / sekon
rpm = banyaknya putaran / menit, atau banyaknya putaran / 60 sekon.
Dengan kata lain, rpm = 1/60 f dan f = 60 rpm.
dari data diatas dapat diketahui jika : Memang benar bahwa rpm = revolusi per menit atau banyaknya putaran per menit.
©2024 iStockphoto LP. Desain iStock adalah merek dagang iStockphoto LP.
Hanya orangTanpa orang
PotretSeluruh tubuhProfilPotret lebih lebar
KOMPAS.com - Pada masa sebelum Revolusi Perancis (1789-1799), masyarakat di Perancis terbagi dalam tiga kelas sosial, yang memiliki hak dan kewajiban berbeda di bawah hukum.
Penggolongan kelas sosial di Perancis sebelum terjadinya revolusi terbagi atas golongan rohaniwan, bangsawan, dan rakyat jelata.
Golongan rohaniwan dan bangsawan memiliki tingkat hak istimewa yang jauh lebih besar daripada rakyat jelata.
Padahal, golongan rakyat jelata mewakili lebih dari 90 persen populasi Perancis saat itu dan membayar hampir semua pajak.
Ketidaksetaraan sosial yang memburuk menjadi salah satu faktor pemicu meletusnya Revolusi Perancis pada 1789.
Isu kelas sosial yang terus menjadi fokus selama revolusi akhirnya dihapuskan ketika Revolusi Perancis berakhir pada 1799, memberikan hak dan kewajiban yang sama terhadap seluruh rakyat.
Berikut ini tiga penggolongan kelas sosial di Perancis sebelum terjadinya revolusi di pengujung abad ke-18.
Baca juga: Semboyan Revolusi Perancis: Liberté, Egalite, Fraternité
Rohaniwan menjadi kelas sosial teratas karena mereka yang berdoa dipercaya layak mendapat tempat istimewa dan berperan sebagai pelindung jiwa masyarakat.
Melansir World History, sejarawan Perancis Georges Lefebvre, menyatakan bahwa dari 27 juta orang yang tinggal di Perancis pada 1789, setidaknya 100.000 orang di antaranya termasuk dalam golongan rohaniwan.
Sedangkan raja tidak masuk dalam kelas manapun karena raja Perancis yang dianggap sebagai "pria nomor satu di kerajaan".
Golongan rohaniwan memiliki kekuasaan yang bersar dan hak istimewa. Karena raja mengklaim bahwa otoritasnya berasal dari hak ilahi untuk memerintah, Gereja ikut andil dalam pemerintahan kerajaan.
Gereja mempunyai kekuatan politik dan sosial, bahkan catatan sipil dan hampir seluruh sistem pendidikan di Perancis dikendalikan oleh Gereja.
Gereja juga mempunyai wewenang untuk menyensor segala sesuatu yang dicetak.
Baca juga: Revolusi Perancis: Penyebab, Dampak, dan Pengaruh terhadap Indonesia
Para rohaniwan Perancis memantabkan diri sebagai sebuah institusi yang kuat dengan membentuk Majelis Umum, yang berkumpul setiap lima tahun untuk mengawasi kepentingan Gereja.
Majelis Umum itu yang mewakili seluruh golongan. Dengan demikian, golongan rohaniwan dapat memanfaatkan majelis untuk kepentingan mereka sendiri.
Majelis Umum memungkinkan Gereja melawan setiap upaya pemerintah untuk membatasi kebebasan finansialnya, dan sebagai hasilnya, para rohaniwan tidak diwajibkan membayar pajak apa pun kepada negara.
Hal inilah yang menjadikan golongan rohaniwan meraup banyak keuntungan dan keistimewaan, karena peran mereka yang dianggap suci dan penting dalam masyarakat serta terlibat dalam hampir semua keputusan yang diambil oleh raja.
Baca juga: Dampak Revolusi Perancis bagi Dunia
Golongan bangsawan adalah kelas sosial bagi mereka yang pernah berperang demi negara sehingga berhak mendapatkan tempatnya sebagai kelas penguasa dengan menawarkan stabilitas dan perlindungan.
Golongan bangsawan dapat dibagi menjadi dua kelompok berdasarkan asal-usulnya, yaitu bangsawan tulen yang memang keturunan para bangsawan, dan bangsawan baru yang mendapatkan gelar kebangsawanan dari raja karena jabatan tertentu yang diberikan.
Selain itu, bangsawan juga dapat dibedakan berdasarkan jabatannya, yakni bangsawan militer atau bangsawan sipil, yang menempati jabatan-jabatan tertentu dalam administrasi, peradilan, atau keuangan.
Pada akhir abad ke-18, diperkirakan terdapat sekitar 400.000 bangsawan Perancis, yang menikmati banyak keistimewaan, misalnya hak untuk memakai pedang, dan pembebasan kaum bangsawan dari pajak dasar langsung yang disebut taille.
Keistimewaan itu mereka dapat karena nenek moyangnya telah berjuang mati-matian untuk kerajaan, dianggap sudah membayar "pajak darah", sehingga tidak perlu membayar pajak uang.
Berbeda dengan rohaniwan, bangsawan tidak terbebas dari semua jenis pajak. Kendati demikian, pajak yang harus mereka bayar sama sekali tidak memberatkan.
Baca juga: Siu Ban Ci, Bangsawan Muslim yang jadi Selir Raja Majapahit
Meski pengaruh dan kekuasaan golongan bangsawan kian hari terus terkikis, menjelang Revolusi Perancis mereka masih memiliki kendali langsung atas sekitar seperlima dari wilayah kerajaan, dari mana mereka dapat memungut upeti dari rakyat.
Golongan bangsawan dianggap mempunyai hak alami untuk memerintah berdasarkan garis keturunan mereka, sehingga dapat menduduki jabatan menteri administrasi senior, semua perwira militer senior, dan hampir seluruh kabinet raja.
Pada perkembangannya, banyak golongan borjuis kaya yang membeli jabatan dan menikahkan anak mereka dengan keluarga bangsawan.
Ketika bangsawan tulen mulai khawatir dengan pergerakan itu, pemerintah Perancis mengeluarkan Ordonansi Segur pada 1781, yang melarang siapa pun mendaftar sebagai perwira militer, apabila tidak dapat menelusuri garis keturunan bangsawannya setidaknya selama empat generasi.
Baca juga: Mengapa Penjara Bastille Menjadi Sasaran Pertama Revolusi Perancis?