Arti Menemukan Uang Dijalan
Mimpi Menemukan Uang Banyak
Setiap orang yang menemukan uang dalam jumlah banyak pasti akan merasa senang bukan main. Namun, mimpi tersebut justru jadi tanda buruk bagi si pemimpi.
Mmpi ini jadi suatu tanda jika si pemimpi ataupun kamu akan mengalami konflik dengan orang-orang terdekat, seperti keluarga, saudara, bahkan pasangan.
Mimpi Menemukan Uang Koin
Siapkan hati dan pikiranmu jika mengalami mimpi menemukan uang koin. Karena dalam waktu dekat, kamu akan mengalami perselisihan dengan seseorang yang kamu percayai. Kamu merasa dibohongi dan dikhianati oleh orang tersebut. Untuk itu, jangan mudah percaya dengan orang dan waspadai orang disekitarmu.
JAKARTA, iNews.id - Arti mimpi menemukan uang banyak akan diulas berikut ini. Tak bisa dipungkiri, uang merupakan suatu hal yang penting bagi kehidupan manusia.
Uang dijadikan sebagai alat tukar untuk membeli suatu barang ataupun jasa. Mengingat sulitnya mendapatkan uang saat ini, tentu banyak orang akan bahagia jika tiba-tiba menemukan uang banyak di suatu tempat.
Arti Mimpi Ayah Meninggal Padahal Masih Hidup, Tanda Bahaya atau Keberkahan?
Lantas, bagaimana jika kita menemukan uang justru di dalam alam mimpi? Tentu setelah bangun kamu akan merasa kecewa dan menemukan arti mimpi tersebut di internet.
Nah, berikut iNews.id akan berikan informasi mengenai arti mimpi menemukan uang banyak yang dilansir dari berbagai sumber, Kamis (22/8/2024).
Mimpi Menemukan Uang Banyak
Tak dapat dipungkiri bahwa menemukan uang banyak bisa membuat seseorang bahagia. Tetapi mengalami mimpi menemukan uang banyak, justru membawa kabar yang kurang baik untuk pemimpi. Karena mimpi ini menandakan kalau kamu akan mengalami konflik dengan orang yang dekat denganmu, baik itu kelaurga, sahabat atau pasangan.
Mimpi Menemukan Uang Koin
Mimpi menemukan uang koin jadi pertanda buruk bagi si pemimpi. Sebab, di kehidupan nyata kamu akan terlibat perselisihan dengan seseorang yang kamu percayai.
Kamu akan merasa kecewa karena telah dibohongi dan dikhianati oleh sosok yang telah kamu percayai itu. Oleh sebab itu, jangan mudah mempercayai orang terlalu cepat dan tetap waspada dengan orang sekitar.
Arti Mimpi Menemukan Uang Banyak
Mimpi Menemukan Uang Kertas
Mimpi uang menggambarkan tentang kejayaan, kekayaan dan kemakmuran. Sehingga mimpi menemukan uang kertas ini menandakan kalau dalam waktu dekat, kamu akan mendapatkan banyak rezeki yang tidak terduga. Kondisi finansialmu akan stabil dan mendapatkan banyak keuntungan. Jangan lupa bersyukur jika mengalami mimpi ini.
Bagaimana Hukum Menemukan Uang Di Jalan
Para pembaca Bimbinganislam.com yang memiliki akhlaq mulia berikut kami sajikan tanya jawab, serta pembahasan tentang Bagaimana Hukum Menemukan Uang Di Jalan, selamat membaca.
بِسْـمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ
Ustadz ana ingin bertanya bagaimana hukum mengambil uang dijalan ketika kita menemukan uang dijalan? Bolehkah diambil atau tidak.
وَعَلَيْكُمُ السَّلاَمُ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ بِسْـمِ اللّهِ
Alhamdulillāh Washshalātu wassalāmu ‘alā rasūlillāh, wa ‘alā ālihi wa ash hābihi ajma’in
Jika uang tersebut nominal nya kecil dan tidak mungkin orang itu akan kembali untuk mencarinya maka ini boleh diambil karena masuk luqothoh yang boleh dimanfaatkan langsung ini sebagimana yang dikabarkan oleh Anas Radhiyallahu anhu, ia berkata, “Nabi Shallallahu alaihi wa sallam melewati sebiji kurma di jalan, lalu beliau bersabda:
لَوْ لاَ أَنِّي أَخَافُ أَنْ تَكُوْنَ مِنَ الصَّدَقَةِ َلأَكَلْتُهَا.
“Seandainya aku tidak takut kalau ia dari (harta) shadaqah, niscaya aku akan memakannya.” (Muttafaq ‘alaih: Shahiih al-Bukhari no. 2431, Shahiih Muslim no. 1071, Sunan Abi Dawud no. 1636). Tapi jika sesuatu hal berharga dan pasti orang akan mencarinya maka lakukan seperti yang diriwayatkan oleh Suwaid bin Ghaflah, ia berkata,
“Aku bertemu dengan Ubaiy bin Ka’ab, ia berkata, ‘Aku menemukan sebuah kantung yang berisi seratus dinar, lalu aku mendatangi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lalu beliau bersabda, ‘Umumkan dalam setahun.’ Aku pun mengumumkannya selama satu tahun, dan aku tidak menemukan orang yang mengenalinya. Kemudian aku mendatangi beliau lagi, dan bersabda, ‘Umumkan selama satu tahun.’ Lalu aku mengumumkannya dan tidak menemukan (orang yang mengenalnya). Aku mendatangi beliau untuk yang ketiga kali, dan beliau bersabda:
احْفَظْ وِعَاءَهَا، وعَدَدَهَا، وَوِكَاءَهَا، فَإِنْ جَاءَ صَاحِبُهَا وَإِلاَّ فَاسْتَمْتِعْ بِهَا.
“Jagalah tempatnya, jumlahnya dan tali pengikatnya, kalau pemiliknya datang (maka berikanlah) kalau tidak, maka manfaatkanlah.” “Maka aku pun memanfaatkannya. Setelah itu aku (Suwaid) bertemu dengannya (Ubay) di Makkah, ia berkata, ‘Aku tidak tahu apakah tiga tahun atau satu tahun.” (Muttafaq ‘alaih: Shahiih al-Bukhari no. 2426, Shahiih Muslim no. 1723, Sunan at-Tirmidzi no. 1386, Sunan Ibni Majah no. 2506, Sunan Abi Dawud no 1685). Dari ‘Iyadh bin Himar Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ وَجَدَ لُقَطَةً فَلْيُشْهِدْ ذَا عَدْلٍ أَوْ ذَوَيْ عَدْلٍ ثُمَّ لاَ يُغَيِّرْهُ وَلاَ يَكْتُمْ، فَإِنْ جَاءَ رَبُّهَا فَهُوَ أَحَقُّ بِهَا وَإِلاَّ فَهُوَ مَالُ اللهِ يُؤْتِيهِ مَنْ يَشَاءُ.
“Barangsiapa yang mendapatkan barang temuan, maka hendaklah ia minta persaksian seorang yang adil atau orang-orang yang adil, kemudian ia tidak menggantinya dan tidak menyembunyikannya. Jika pemiliknya datang, maka ia (pemilik) lebih berhak atasnya. Kalau tidak, maka ia adalah harta Allah yang diberikan kepada siapa yang Dia kehendaki.” (Sunan Ibnu Majah no. 2505, Sunan Abi Dawud no. 1693).
Wallahu Ta’ala A’lam.
Dijawab dengan ringkas oleh: Ustadz Achmad Nur Hanafi, Lc. حافظه الله
Melihat uang tanpa pemilik di jalan, rasanya seperti mendapat rezeki nomplok ya. Tapi tidak boleh langsung diambil dan dibelanjakan lho. Dengan mengambil harta tersebut, ternyata kita jadi berkewajiban untuk mengembalikan kepada sang pemilik.
Ustadz Adi Hidayat dalam kajiannya menyebutkan 2 hukum ketika menemukan barang berharga di jalanan;
1. Wajib dikembalikan Jika sanggup dan mampu melacak pemiliknya, maka boleh diambil untuk dikembalikan. Sebab, hukum pertama ketika menemukan barang temuan adalah dikembalikan kepada pemiliknya, bukan digunakan, apapun itu. Baik itu tas, dompet, uang dan sejenisnya yang sekiranya berharga.
2. Tinggalkan atau bawa kepada orang yang mampu mengembalikan Jika tidak memiliki kemampuan, ada 2 pilihan. Pilihan pertama, meninggalkan barang tersebut agar tanggung jawab untuk mengembalikan tidak berpindah kepada kita.
Atau yang kedua, infokan temuan barang tersebut kepada orang yang kita anggap lebih mampu untuk mengembalikan benda tersebut kepada pemiliknya. Orang yang kita rujuk itu benar-benar memiliki kemampuan untuk melacak dan mencari pemilik benda tersebut. Misalnya seperti pihak berwajib.
Tapi jika punya kemampuan dan ingin beramal shaleh sekaligus mencari pemiliknya untuk dikembalikan, maka pertama niatkan untuk beribadah kepada Allah. Niat ini paling utama karena boleh jadi Allah melembutkan hati pemilik barang tersebut sehingga ada manfaat yang didapatkan dari situ.
Maka yang dilakukan selanjutnya ikhtiarkan secara maksimal. Jika pada masa tertentu masih juga tidak ada kabar (3 tahun), walaupun barang tersebut tidak ada pemiliknya namun tidak bisa diambil seluruhnya. Hanya diambil 1/3 dari nilai barang, 2/3 sisanya disedekahkan.
Meski begitu, yang paling utama jika tidak memiliki kemampuan untuk mengembalikan, maka serahkan kepada yang lebih mampu. Atau jika menemukan, namun punya keyakinan mengenal pemilik barang tersebut, maka dibolehkan untuk diambil lalu dikembalikan.
Source: Muslim Saluran Dakwah
Diasuh Oleh: Ust M Shiddiq Al Jawi
Ustadz saya menemukan uang Rp 5000 (lima ribu rupiah). Bolehkah saya gunakan uang itu untuk keperluan saya? (081931768144)
Jika suatu barang temuan (al-luqathah) adalah barang yang remeh atau murah harganya (yang diistilahkan al-muhaqqirat), maka barang itu boleh dimiliki oleh penemunya, setelah diumumkan selama 3 (tiga) hari (Imam Syaukani, Nailul Authar, Kitab Al-Luqathah, hal. 1163).
Dalam masalah ini telah terdapat dalil-dalil hadits yang menunjukkan bahwa bahwa barang temuan yang remeh boleh dimiliki penemunya. Antara lain hadits dari Jabir bin Abdillah RA yang meriwayatkan,"Rasulullah SAW memberikan keringanan kepada kita pada tongkat, cemeti, tali, dan yang semisalnya yang ditemukan seseorang. Dia [boleh] memanfaatkannya." (HR Ahmad) (Imam Syaukani, Nailul Authar, Kitab Al-Luqathah, hadits no 2460, hal. 1163).
Hadits di atas merupakan dalil bolehnya memiliki barang-barang yang remeh secara langsung (fi al-hal). Namun hadits-hadits yang mutlak ini telah di-taqyid (diberi pembatasan, persyaratan) oleh hadits-hadits lain yang mensyaratkan pengumuman (ta’rif) barang temuan yang remeh oleh penemunya selama tiga hari.
Dalam kondisi demikian berlakulah kaidah ushuliyah : "Yuhmalul muthlaq ‘ala al-muqayyad" yang berarti bahwa dalil yang mutlak (tanpa pembatasan, persyaratan) haruslah dibawa pada dalil yang muqayyad (terdapat pembatasan, persyaratan). (Wahbah Az-Zuhaili, Ushul al-Fiqh Al-Islami, Juz I hal. 210).
Ya’la bin Marrah RA meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda,"Barangsiapa menemukan barang temuan yang remeh berupa tali, uang satu dirham, atau yang semisal itu, maka hendaklah dia mengumumkannya selama tiga hari. Jika barang temuan itu lebih daripada itu, hendaklah dia mengumumkannya selama enam hari." (HR Ahmad, Thabrani, Baihaqi) (Imam Syaukani, Nailul Authar, Kitab Al-Luqathah, hal. 1163).
Abu Said RA meriwayatkan bahwa Ali datang kepada Nabi SAW membawa uang satu dinar yang dia temukan di pasar. Maka berkatalah Nabi SAW,"Umumkanlah uang itu tiga hari." Ali pun mengerjakan perintah Nabi SAW tapi Ali tidak mendapatkan orang yang mengenali uang itu. Maka Nabi SAW bersabda,"Makanlah uang itu." (HR Abdur Razaq) (Imam Syaukani, Nailul Authar, Kitab Al-Luqathah, hal. 1163).
Dari hadits-hadits di atas, Imam Syaukani –rahimahullah-- berkata,"Maka penemu tidak boleh memanfaatkan barang yang remeh, kecuali setelah dia umumkan temuannya selama tiga hari, karena hadits yang mutlak harus dibawa kepada yang muqayyad." [fa-laa yajuuzu li al-multaqith an yantafi’a al-haqiir illa ba’da at-ta’riif bihi tsalaatsan hamlan li al-mutlaq ‘ala al-muqayyad]. (Imam Syaukani, Nailul Authar, Kitab Al-Luqathah, hal. 1163).
Hukum syara’ tersebut berlaku untuk barang temuan remeh yang bukan berupa makanan. Adapun jika berupa makanan, maka barang temuan remeh itu boleh langsung dimakan tanpa ada kewajiban mengumumkan. Diriwayatkan dari Anas RA, bahwa Nabi SAW melintasi sebiji kurma (tamrah) di jalan lalu beliau bersabda,"Kalau sekiranya aku tidak khawatir kurma itu berasal dari sedekah, pasti aku akan memakannya." (HR Bukhari, hadits no 2431, Muslim, hadits no 1081 dan 165).
Demikianlah hukum syara’ untuk barang temuan remeh, baik berupa makanan maupun bukan. Jika hukum ini diterapkan untuk kasus yang ditanyakan, maka penemu uang Rp 5000 di atas wajib mengumumkan lebih dulu kepada publik selama tiga hari. Jika pemiliknya tidak datang, maka uang itu boleh dimiliki penemunya dan digunakan untuk keperluan penemunya.
Berapa nishob (batas bawah) barang temuan, saya bingung ketika menemukan uang 5 ribu di jalan mau diapakan, terimakasih.
Bismillah, walhamdulillah, wassholatu wassalamu ‘ala Rasulillah, Amma Ba’du:
Saudara/saudari yang kami muliakan, barang temuan atau Luqathah merupakan harta/barang yang hilang dari pemiliknya dan ditemukan oleh orang lain, Para ulama di antaranya Ibnul Ghorobili rahimahullahu ta’ala mendefenisikan:
مالٌ ضاع من مالكه بسقوط أو غفلة ونحوهما
“Luqathah adalah harta yang hilang dari pemiliknya baik dengan cara terjatuh ataupun karena kelalaian dan selainnya” (fathul Qoribil Mujib fi Alfazhit Taqrib: 1/206).
Islam telah mengajarkan kepada kita bagaimana cara memperlakukan harta/barang temuan tersebut, sebagaimana yang dijelaskan oleh Rasulullah ﷺ :
عَنْ زَيْدِ بْنِ خَالِدٍ الْجُهَنِيِّ -رضي الله عنه-: «أَنَّ رَجُلاً سَأَلَ رَسُولَ اللَّهِ -صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- عَنِ اللُّقَطَةِ قَالَ: عَرِّفْهَا سَنَةً ثُمَّ اعْرِفْ وِكَاءَهَا وَعِفَاصَهَا، ثُمَّ اسْتَنْفِقْ بِهَا، فَإِنْ جَاءَ رَبُّهَا فَأَدِّهَا إِلَيْهِ
“Dari Zaid bin Khalid al-Juhani bahwa Nabi ﷺ ditanya oleh seseorang tentang barang temuan, maka Nabi ﷺ bersabda: “Umumkanlah selama satu tahun, kemudian kenalilah tali pengikatnya atau kantongnya, kemudian kamu pergunakan, jika datang pemiliknya maka berikanlah kepadanya” (HR. Bukhari : 2256, Muslim : 3248).
Dari hadits tersebut dijelaskan bahwa barang temuan harus diumumkan selama satu tahun, sebagaimana juga yang dijelaskan oleh Imam an-Nawawi rahimahullah:
وَأَمَّا تَعْرِيفُ سَنَةٍ فَقَدْ أَجْمَعَ الْمُسْلِمُونَ عَلَى وُجُوبِهِ إِذَا كَانَتِ اللُّقَطَةُ لَيْسَتْ تَافِهَةً وَلَا فِي مَعْنَى التَّافِهَةِ
“Dan dalam urusan mengumumkan barang temuan selama satu tahun merupakan perkara yang telah disepakati kewajibannya oleh para ulama jika barang temuan tersebut bukanlah sesuatu yang remeh atau tidak berharga. ( Syarhun Nawawi ala Muslim: 12/22).
Syaikh Abdul Aziz bin Baaz rahimahullah juga menjelaskan:
الواجب عليك وعلى غيرك ممن يجد لقطة ذات أهمية تعريفها سنة كاملة في مجامع الناس كل شهر مرتين أو ثلاثا فإن عرفت سلمها لصاحبها، وإن لم تعرف فهي له بعد السنة
“Yang diwajibkan kepadamu dan kepada selainmu di antara orang-orang yang menemukan sebuah barang temuan yang bernilai adalah mengumumkannya selama satu tahun penuh di tempat-tempat umum (tempat berkumpulnya manusia) setiap satu bulan sebanyak dua kali atau tiga kali, jika telah kamu ketahui pemiliknya maka serahkan kepadanya, dan jika belum diketahui pemiliknya maka barang tersebut menjadi milikmu setelah satu tahun berlalu” (Majmu’ Fatawa ibnu Baaz: 19/429).
Adapun jika setelah satu tahun berlalu dan pemiliknya datang maka dijelaskan oleh Imam Badruddin Abu Muhammad Mahmud bin Ahmad al-‘Ainiy rahimahullah:
إذَا جاءَ صاحِبُ اللُّقَطَةِ بَعْدَ سَنَةٍ ردَّهَا علَيْهِ لِأَنَّها ودِيعَةٌ عِنْدَهُ
“Jika datang pemilik barang temuan tersebut setelah berlalu satu tahun, maka harus dikembalikan kepadanya, karena ia berstatus barang titipan di sisinya“. (Umdatul Qori Syarhu Shohihil Bukhari: 12/279)
Berdasarkan penjelasan para ulama, bahwa barang temuan yang wajib diumumkan selama satu tahun adalah barang-barang yang memiliki nilai atau berharga, adapun barang-barang yang tidak berharga, maka dikecualikan, sebagaimana yang dijelaskan oleh para ulama:
وقال قوم ينتفع بالقليل التافه من غير تعريف كالنعل والسوط والجراب ونحوها مما يرتفق به ولا يتمول. وعن بعضهم أن ما دون عشرة دراهم قليل. وقال بعضهم إنما يعرف من اللقطة ما كان فوق الدينار واستدل بحديث علي رضي الله عنه أنه وجد دينارا فأخبر بذلك رسول الله صلى الله عليه وسلم فأمره أن يشتري به دقيقا ولحما فلما وضع الطعام جاء صاحب الدينار قال فهذا لم يعرفه سنة لكن استنفقه حين وجده فدل ذلك على فرق ما بين القليل من اللقطة والكثير منها
“Sebagian ulama mengatakan bahwa bolehnya memanfaatkan barang temuan yang sedikit dan tidak bernilai tanpa harus diumumkan selama setahun, seperti sandal, cambuk, kantong, dan yang semisal dengannya dari apa-apa yang bisa dimanfaatkan dan tidak dijadikan modal usaha, dan sebagian ulama lainnya mengatakan bahwa apa yang nilainya kurang dari 10 dirham maka dianggap sedikit, dan sebagian lagi berpendapat bahwa apapun yang nilainya di atas 1 dinar maka wajib diumumkan setahun berdasarkan hadits Ali radhiyallahu ‘anhu bahwa beliau mendapatkan 1 dinar dan mengabarkannya kepada Rasulullah ﷺ, maka Rasulullah ﷺ menyuruhnya untuk membeli tepung dan daging, maka ketika ia meletakkan makanan tersebut datanglah pemilik 1 dinar tersebut, dan beliau berkata: “ini belum diumumkannya selama satu tahun akan tetapi ia belanjakan langsung ketika mendapatkannya”, hal ini menunjukkan bahwa berbeda hukumnya antara barang temuan yang sedikit dengan yang banyak”. (Maalimus Sunan : 2/87).
Sehingga mengenai batas bawah barang temuan yang dianggap sedikit, maka Imam Abul Abbas Ahmad bin Muhammad al-Khatib al-Qhasthalaniy rahimahullah menyebutkan bahwa:
وحدّ القليل ما لا يوجب القطع وهو ما دون العشرة
“dan batas bawah barang temuan yang dianggap sedikit adalah yang tidak menjatuhkan hukuman potong tangan dalam kasus pencurian, yaitu di bawah 10 dirham” (Irsyadus Saari lisyarhi Shohihil Bukhari: 4/251).
Imam Badruddin Abu Muhammad Mahmud bin Ahmad al-‘Ainiy rahimahullah menjelaskan bahwa:
وَإِن كَانَت اللّقطَة مِمَّا يعلم أَن صَاحبهَا لَا يتطلبها: كالنواة وقشور الرُّمَّان فإلقاؤه إِبَاحَة أَخذه فَيجوز الِانْتِفَاع بِهِ من غير تَعْرِيف، وَلكنه يبْقى على ملك مَالِكه، لِأَن التَّمْلِيك من الْمَجْهُول لَا يَصح, وَقَالَ ابْن رشد الأَصْل فِي ذَلِك مَا رُوِيَ أَنه صلى الله عَلَيْهِ وَسلم مر بتمرة فِي الطَّرِيق، (فَقَالَ: لَوْلَا أَن تكون من الصَّدَقَة لأكلتها) ، وَلم يذكر فِيهَا تعريفاً، وَهَذَا مثل الْعَصَا وَالسَّوْط
“Dan jika barang temuan tersebut dari hal-hal yang diketahui bahwa pemiliknya tidak akan mencarinya, seperti biji kurma, atau kulit delima, maka dibolehkan mengambilnya dan memanfaatkannya tanpa harus diumumkan, akan tetapi statusnya tetap hak milik bagi pemilik semula, karena kepemilikan dari sesuatu yang tidak diketahui asal-usulnya tidaklah sah, dan Ibnu Rusyd berkata bahwa dalilnya berdasarkan riwayat yang menyebutkan bahwa Rasulullah ﷺ pernah menemukan sebuah kurma di jalan dan beliau ﷺ bersabda: “Seandainya kurma ini bukan harta sedekah maka akan aku makan”, dan beliau ﷺ tidak mengharuskan untuk diumumkan barang temuan tersebut, hal ini serupa dengan tongkat dan cambuk”. (Umdatul Qori Syarhu Shohihil Bukhari: 12/273).
Penjelasan lainnya mengenai batas bawah yang dianggap sebagai barang temuan yang sedikit telah diungkapkan pula oleh Al-Imam Syihabuddin Abul Abbas Ahmad bin an-Naqib al-Mishriy rahimahullah:
وإنْ كانت اللقَطةُ يسيرةً وهيَ مما لا يُتأَسَّفُ عليهِ ويُعرَضُ عنهُ غالباً إذا فُقِدَ لمْ يجبْ تعريفها سنةً بلْ زمناً يُظَنُّ أنَّ فاقدها أعرضَ عنها
“Dan jika barang temuan bernilai sedikit yaitu sesuatu yang apabila pemiliknya tidak merasa bersedih atau pemiliknya merasa tidak peduli pada umumnya jika barang tersebut hilang, maka tidak diwajibkan untuk diumumkan selama satu tahun, akan tetapi cukup diumumkan dalam waktu yang diperkirakan bahwa pemiliknya telah merasa tidak peduli terhadap barang tersebut” (Umdatul Masalik wa Uddatun Nasik: 1/179).
Sehingga, dari penjelasan-penjelasan tersebut, maka batas bawah harta/barang temuan yang dianggap sedikit adalah dikembalikan kepada “Urf” atau kebiasaan/anggapan masyarakat di daerah setempat karena dalam hal ini tidaklah disebutkan secara jelas oleh syariat. Sehingga pada anggapan masyarakat kita di saat ini uang Rp. 5.000,- sudah dinilai tidak berharga, dan boleh untuk dimanfaatkan, Wallahu A’lam.
Dijawab Oleh Ustadz Hafzan Elhadi, Lc. M.Kom
(Alumni Fakultas Syari’ah Universitas Imam Muhammad ibn Saud Al Islamiyyah, Cab. Lipia Jakarta)
Anda bisa membaca artikel ini melalui aplikasi Tanya Ustadz untuk Android. Download Sekarang !!
Dukung Yufid dengan menjadi SPONSOR dan DONATUR.
🔍 Cara Nikah Mut Ah, Setelah Kematian Menurut Islam, Bunuh Cicak, Menyemir Rambut, Harga Minyak Hajar Aswad, Video Cara Menyenangkan Suami Di Ranjang
Visited 1,192 times, 4 visit(s) today